arif fadillah – Mikrotik Academy STTNF

arif fadillah

Mengenal lebih dalam apa itu routing

Halo, sahabat jaringan! 🌍 Apakah Anda pernah penasaran bagaimana cara router menentukan jalur terbaik untuk mengirim data? Atau mungkin Anda baru saja membeli perangkat Mikrotik dan ingin tahu cara memaksimalkan kemampuannya dalam hal routing? Jangan khawatir, Anda tidak sendirian! Di blog ini, kita akan menjelajahi dunia routing di Mikrotik bersama-sama. Dengan panduan langkah demi langkah yang interaktif, Anda akan segera menjadi ahli routing yang dapat mengoptimalkan kinerja jaringan Anda. Siap untuk petualangan belajar yang seru? Mari kita mulai perjalanan ini! 🚀 Routing bekerja pada layer 3 OSI model. Routing pada RouterOS digunakan untuk mendefinisikan kemana paket akan dikirimkan. Ibarat sebuah surat, routing merupakan alamat tujuan kemana surat harus dikirimkan. Routing table dari RouterOS dapat diakses dari menu IP > routes Berikut ini merupakan beberapa istilah pada route list: Pemilihan Best Path Beberapa kriteria pemilihan Best Path pada routing table adalah sebagai berikut: Route Flags Route flags pada RouterOs diberikan otomatis pada routing table, beberapa route flags adalah sebagai berikut: Contoh route flags pada routing table di RouterOS dapat dilihat pada gambar dibawah ini: Static Route Static route merupakan route yang secara manual di input pada RouterOS. Static route digunakan untuk routing paket ke alamat tujuan. Cara membuat static route adalah sebagai berikut:

Mengenal lebih dalam apa itu routing Read More »

Memahami dan Menerapkan Bridging di Mikrotik

Halo, teman-teman jaringan! 🌐 Apakah Anda pernah mendengar istilah “bridging” dalam dunia jaringan komputer, tetapi masih bingung apa sebenarnya yang dimaksud? Atau mungkin Anda sudah familiar dengan Mikrotik, namun ingin memperdalam pengetahuan Anda tentang bagaimana bridging bisa memaksimalkan kinerja jaringan Anda? Jika iya, maka Anda berada di tempat yang tepat! Mari kita jelajahi bersama konsep bridging di Mikrotik, mulai dari pengertian dasar hingga langkah-langkah praktis untuk menerapkannya. Siap untuk meningkatkan keterampilan jaringan Anda? Ayo mulai perjalanan belajar kita! 🚀 Pengenalan bridging pada Mikrotik Bridging pada MikroTik RouterOs merupakan cara menggabungkan dua segmen network menjadi sebuah network yang memiliki broadcast domain yg sama dengan mekanisme software bridge. Bridge sendiri merupakan perangkat layer 2 pada OSI model yang berfungsi sebagai transparent device yang membagi collision domain menjadi dua bagian seperti gambar di bawah ini. interface Ethernet, SFP, wireless, dan tunnel dapat ditambahkan kedalam sebuah bridge. Pada interface ether 3-5 biasanya menjadi slave dari master port ether2. Konfigurasi tersebut membuat ether 2-5 menjadi seolah-olah sebuah switch yang melakukan switching frame (nama PDU di layer 2). Konfigurasi tersebut juga lebih hemat CPU usage dikarenakan menggunakan switch chip sendiri. Terdapat beberapa limitasi pada bridging wireless, yaitu wireless client (mode station) tidak support bridge. Untuk mengatasi tersebut pada RouterOS terdapat beberapa mode wireless station yang mendukung bridge, yaitu: Station bridge : bridge antar RouterOS Station pseudobridge : bridge antara RouterOS dengan perangkat lain Station wds (wireless distribution system) : bridge antar RouterOS   Mari kita coba membuat bridge pada mikrotik  Berikut ini merupakan langkah-langkah membuat bridge di MikroTik  

Memahami dan Menerapkan Bridging di Mikrotik Read More »

DHCP Server dan DHCP Client

Dynamic Host Configuration Protocol (DHCP) merupakan sebuah protokol jaringan yang berperan penting dalam distribusi alamat IP secara otomatis. DHCP digunakan untuk mengalokasikan alamat IP secara dinamis kepada perangkat dalam suatu jaringan komputer. Secara umum, arsitektur DHCP terdiri dari dua komponen utama: DHCP server dan DHCP client. DHCP server berfungsi sebagai pusat pengatur yang memberikan alamat IP kepada perangkat yang terhubung ke jaringan. Server ini mengelola dan menyediakan alamat IP secara dinamis kepada perangkat yang membutuhkan, sehingga menghindari konflik alamat IP dan memastikan efisiensi dalam penggunaan sumber daya jaringan. Selain itu, DHCP server juga dapat mengkonfigurasi parameter jaringan lainnya, seperti gateway dan DNS server, untuk mempermudah integrasi perangkat ke dalam jaringan. Di sisi lain, DHCP client adalah perangkat atau komputer yang meminta alamat IP dari DHCP server. Saat perangkat ini terhubung ke jaringan, DHCP client secara otomatis mengirimkan permintaan kepada DHCP server untuk mendapatkan konfigurasi jaringan yang diperlukan. Setelah menerima respon dari server, DHCP client akan mengkonfigurasi dirinya sendiri sesuai dengan informasi yang diberikan, termasuk alamat IP yang telah dialokasikan. Dengan adanya DHCP, pengelolaan alamat IP dalam suatu jaringan menjadi lebih efisien, meminimalkan intervensi manual, dan memungkinkan penambahan atau penghapusan perangkat dengan lebih mudah. Konfigurasi MIkrotik sebagai DHCP Server Dalam kasus ini, untuk dapat memperoleh alokasi IP Address dari ISP, yang nantinya dapat digunakan untuk terkoneksi ke internet, kita bisa menggunakan fitur DHCP Client. Langkah-langkah pembuatan DHCP Client dapat dilakukan pada menu IP -> DHCP Client -> Add. Untuk pengaktifkan DHCP Client, definisikan parameter interface dengan interface yang terhubung ke DHCP Server, atau dalam kasus ini adalah interface yang terhubung ke ISP. Karena kita ingin semua traffic ke internet menggunakan jalur koneksi dari ISP, maka Use-Peer-DNS=yes dan Add-Default-Route=yes. Terdapat beberapa parameter yang bisa disesuaikan dengan kebutuhan jaringan; Interface : Pilihlah interface yang sesuai yang terkoneksi ke DHCP Server Use-Peer-DNS : Bila kita hendak menggunakan DNS server sesuai dengan informasi DHCP Use-Peer-NTP : Bila kita hendak menggunakan informasi pengaturan waktu di router (NTP) sesuai dengan informasi dari DHCP Add-Default-Route : Bila kita menginginkan default route kita mengarah sesuai dengan informasi DHCP Default-Route-Distance : Menentukan nilai Distance pada rule routing yang dibuat secara otomatis. Akan aktif jika add-default-route=yes Sampai langkah ini, seharunya Router sudah bisa akses ke internet. Selanjutnya lakukan setting DHCP Server untuk distribusi IP Address ke arah jaringan lokal /LAN. Mikrotik sebagai DHCP Server  DHCP Server akan sangat tepat diterapkan jika pada jaringan memiliki user yang sifatnya dinamis. Dengan jumlah dan personil yang tidak tetap dan selalu berubah. Jika pada kasus ini sifat user seperti itu dapat kita temui pada tamu yang berkunjung. Konfigurasi DHCP Server dapat dilakukan pada menu IP -> DHCP Server -> Klik DHCP Setup Dengan menekan tombol DHCP Setup, wizard DHCP akan menuntun kita untuk melakukan setting dengan menampilkan kotak-kotak dialog pada setiap langkah nya. Langkah pertam, kita diminta untuk menentukan di interface mana DHCP Server akan aktif. Pada kasus ini DHCP Server diaktifkan pada ether3. Selanjutnya Klik Next Sebelumnya pada ether3 sudah dipasang IP Address 192.168.4.0/24. Maka pada langkah kedua, penentuan DHCP Address Space akan otomatis mengambil segment IP yang sama. Jika interface sebelumnya belum terdapat IP, bisa ditentukan manual pada langkah ini. Selanjutnya,  kita diminta menentukan IP Address yang akan digunakan sebagai default-gateway oleh DHCP Client nantinya. Secara otomatis wizard akan menggunakan IP Address yang terpasang pada interface ether3. Tentukan IP Address yang akan di-distribusikan ke Client. Secara otomatis wizard akan mengisikan host ip pada segment yang telah digunakan. Pada contoh ini, IP 192.168.4.1 tidak masuk dalam Addresses To Give Out, sebab IP tersebut sudah digunakan sebagai gateway dan tidak akan di-distribusikan ke Client. Kita harus menentukan juga, nantinya DHCP Client akan melakukan rquest DNS ke server mana. Secara otomatis wizard akan mengambil informasi setting DNS yang telah dilakukan pada menu /ip dns . Tetapi bisa juga jika kita ingin menentukan request DNS Client ke server tertentu. Langkah terakhir kita diminta untuk menentukan Lease-Time, yaitu berapa lama waktu sebuah IP Address akan dipinjamkan ke Client. Untuk menghindari penuh / kehabisan IP, setting Lease-Time jangan terlalu lama, misalkan 1 hari saja. Sampai langkah ini, jika di klik Next akan tertampil pesan yang menyatakan bahwa setting DHCP telah selesai. Untuk melakukan percobaan, hubungkan PC ke ether3 kemudian ubah pengaturan IP PC pada posisi “obtain an IP address automatically” . Seharusnya Laptop akan mendapatkan assign IP otomatis dari Router. Perhatikan expired time, seharusnya sama dengan parameter Lease-Time yang sudah ditentukan pada DHCP Server. DHCP Leases Daftar perangkat yang sudah diberikan IP secara otomatis akan ada pada /ip dhcp-server leases. Secara default, ip address yang akan diberikan ke client diurutkan dari belakang (192.168.4.254). Akan tetapi, kita juga bisa melakukan pengaturan agar sebuah IP hanya akan dipinjamkan ke Client tertentu. Misalnya, jika Client-A melakukan request DHCP, maka Server akan selalu memberikan IP 192.168.4.254. Konsep tersebut dapat diterapkan dengan menggunakan Static Leases. Ide dasarnya adalah melakukan reservasi sebuah IP Address untuk sebuah MAC Address tertentu. Ada 2 cara konfigurasi yang bisa dilakukan. Pertama, dengan melihat dari daftar perangkat yang ada pada tab Leases. Jika dilakukan dengan cara ini client harus sudah mendapat IP Address dahulu. Cara kedua dengan menambahkan secara manual pada tab Leases. Selain dapat digunakan untuk reservasi IP Address, Static Leases juga bisa digunakan untuk menentukan : Lease-Time yang berbeda untuk tiap MAC Address (Client) Limitasi bandwidth (rate-limit) , jika ditentukan maka rule simpe queue akan secara otomatis muncul ketika client mendapat assign IP dari server. Melakukan blocking MAC Address tertentu agar tidak bisa mendapat pinjaman IP, dengan opsi “Block-Access=yes”. Jadi, selain dapat mendistribusikan IP secara otomatis, dengan DHCP Server juga dapat melakukan manajemen terhadap DHCP Client dengan menggunakan Static Leases.

DHCP Server dan DHCP Client Read More »

Cara Cluster Proxmox VE

Cluster pada Proxmox Virtual Environment (Proxmox VE) merujuk pada gabungan dua atau lebih node atau server fisik yang bekerja bersama untuk menciptakan lingkungan virtualisasi yang lebih kuat dan efisien. Setiap node dalam cluster Proxmox VE dapat menjalankan mesin virtual dan kontainer, dan melalui konfigurasi yang tepat, sumber daya komputasi dapat didistribusikan dan dimanfaatkan secara optimal. Dalam hal ini, cluster berperan penting untuk meningkatkan ketersediaan sistem dan memungkinkan pemrosesan paralel, di mana beban kerja dapat dibagi di antara beberapa node untuk meningkatkan kinerja keseluruhan sistem. Manfaat utama dari implementasi cluster Proxmox VE mencakup peningkatan ketersediaan aplikasi dan layanan dengan memungkinkan migrasi mesin virtual secara live antara node-node dalam cluster. Hal ini meminimalkan waktu henti dan downtime aplikasi karena dapat secara otomatis beralih ke node lain jika terjadi kegagalan pada salah satu node. Selain itu, cluster juga membantu dalam pengelolaan sumber daya dengan efisien, memungkinkan alokasi dan redistribusi beban kerja tanpa perlu menghentikan operasi. Dengan demikian, konsep cluster pada Proxmox VE tidak hanya meningkatkan ketersediaan sistem secara keseluruhan tetapi juga menyederhanakan manajemen dan pemeliharaan infrastruktur virtual. Adapun untuk lab pada kali ini akan dilakukan konfigurasi proxmox ve cluster dengan menggunakan 2 node. 1. Masuk ke GUI PVE-1 kemudian masuk pilih datacenter kemudian masuk ke menu cluster > create cluster Isikan nama cluster yang akan dibuat. 2. Setelah berhasil membuat cluster langkah selanjutnya kita membutuhkan join informaton untuk menggabungkan node 2 kedalam cluster yang sudah dibuat. Caranya dengan masuk ke datacenter kemudian klik pada menu Cluster > Join Information lalu copy information   3. Langkah selanjutnya kita masuk ke GUI PVE-2, disini kita masuk ke datacenter kemudian klik pada menu cluster > join cluster kemudian paste join information yang didapat dari PVE-1 dan lengkapi beberapa field seperti password PVE-1 dan Cluster Network yang merupakan IP address PVE-2 kemudian klik join   Setelah berhasil maka tampilan pada Dashboard proxmox akan tampil seperti gambar dibawah   Sekian Terima Kasih, Semoga Bermanfaat.

Cara Cluster Proxmox VE Read More »

Replikasi Database mariadb/mysql

TOPOLIGI Untuk melakukan replikasi database dapat dilakukan dengan langkah-langkah berikut. Konfigurasi pada server MASTER: 1. Install mariadb apt install mariadb-server mariadb-client -y 2. Ubah konfigurasi mariadb sudo nano /etc/mysql/mariadb.conf.d/50-server.cnf # baris 29, tambah IP bind-address dengan IP server bind-address = 127.0.0.1 bind-address = 192.168.1.238 # pada baris 74, lepas comment server-id = 1 # pada baris 75, lepas comment log_bin = /var/log/mysql/mysql-bin.log 3. Restart mariadb service sudo systemctl restart mariadb 4. Setelah melakukan restart kita dapat membuat user database yang nantinya digunakan untuk replikasi. sudo mysql -u root -pGRANT REPLICATION SLAVE ON . TO ‘mirror’@’203.175.8.238’ IDENTIFIED BY ‘password’;FLUSH PRIVILEGES;FLUSH TABLES WITH READ LOCK;

Replikasi Database mariadb/mysql Read More »

Cara Menambahkan PHP 8.2 Pada Cyberpanel

Untuk menambahkan php8.2 pada cyberpanel dapat dilakukan dengan cara berikut:   1. apt-get install lsphp82 lsphp82-common lsphp82-mysql 2. Langkah selanjutnya anda perlu melakukan penambahan php8.2 pada webmin openlitespeed. http://<ip-server>:7080 Masuk ke menu Sever Configuration > External App Tambahkan External App dengan menekan icon + seperti pada gambar diatas. Kemudian isi field-field seperti gambar dibawah. Setelah itu klik icon save pada bagian kanan atas. 3. Menetapkan php8.2 sebagai Script Handler pada client yang akan menggunakan service php8.2 masuk ke menu Virtual Host > Pilih Virtual Host > Script Handler Kemudian klik icon edit seperti gambar diatas, dan ubah pada field handler name sesuai yang sudah dibuat pada langkah sebelumnya. Setelah itu save dan restart service openlitespeed dengan perintah service lsws reload

Cara Menambahkan PHP 8.2 Pada Cyberpanel Read More »

Cara Konfigurasi Immutable File pada Linux

Immutable file, atau yang dikenal juga sebagai file yang tidak dapat diubah, menjadi suatu konsep yang penting dalam dunia teknologi informasi. Ini merujuk pada jenis file yang, setelah dibuat atau disimpan, tidak dapat diubah, dihapus, atau dimodifikasi lagi. Sifat ini memberikan keamanan dan keandalan tambahan pada data yang disimpan dalam file tersebut. Mari kita bayangkan sebuah dokumen teks yang disimpan sebagai immutable file. Begitu dokumen tersebut dibuat dan disimpan, isinya tidak dapat diubah tanpa meninggalkan jejak atau log perubahan. Hal ini berguna dalam konteks keamanan data, karena mengurangi risiko modifikasi tidak sah atau penyusupan yang dapat merusak integritas informasi. Keunggulan dari penggunaan immutable file melibatkan aspek keamanan dan pemulihan data. Misalnya, dalam lingkungan perusahaan atau organisasi, data yang sangat penting seperti kontrak, dokumen hukum, atau catatan keuangan dapat dijamin keasliannya. Setelah informasi tersebut dibuat dan disimpan dalam format immutable, risiko manipulasi atau penghapusan yang tidak sah dapat diminimalkan. Penting juga untuk dicatat bahwa konsep ini dapat diterapkan dalam berbagai konteks, termasuk sistem file pada tingkat perangkat keras dan perangkat lunak. Immutable file memastikan bahwa data yang dianggap kritis atau sensitif dapat dijaga keasliannya. Meskipun immutable file memberikan keamanan tambahan, penggunaan yang tepat harus dipertimbangkan. Beberapa sistem mungkin memerlukan prosedur khusus atau hak akses untuk memodifikasi atau menghapus file tersebut. Oleh karena itu, sementara sifat immutable memberikan keuntungan dari segi keamanan, manajemen file dan kebutuhan aksesibilitas harus diperhitungkan secara cermat.   Untuk mengatur file agar tidak dapat dimodifikasi pada sistem linux dapat dilakukan dengan cara berikut: arif@asus:~$ touch permission.txt arif@asus:~$ lsattr -l permission.txt *) Perintah lsattr dengan opsi -l mencetak atribut file. Dalam hal ini, ini menunjukkan bahwa file kita menggunakan fitur Extent dari sistem file untuk menyimpan kontennya. Fitur ini mengurangi fragmentasi.   arif@asus:~$ sudo chattr +a permission.txt  arif@asus:~$ lsattr -l permission.txt  permission.txt               Append_Only, Extents Misalnya, perintah chattr ini menambahkan atribut +a untuk memungkinkan file dibuka dalam mode append-only .   Untuk menerapkan perlindungan berbasis atribut, kami akan menggunakan perintah chattr untuk mencegah file dihapus atau diubah: arif@asus:~$ sudo chattr +i permission.txt  arif@asus:~$ lsattr -l permission.txt  permission.txt               Immutable, Extents Saya menggunakan perintah chattr dengan opsi +i untuk mengubah atribut file dan membuatnya tidak dapat diubah   Tes hasil konfigurasi diatas: arif@asus:~$ echo “hello” >> permission.txt  bash: permission.txt: Operation not permitted   arif@asus:~$ rm permission.txt  rm: cannot remove ‘permission.txt’: Operation not permitted

Cara Konfigurasi Immutable File pada Linux Read More »

Mikrotik Academy 

Cyber Nets

Sekolah Tinggi Teknologi Terpadu Nurul Fikri

Kampus STT Terpadu Nurul Fikri

Kampus A : Jl. Situ Indah 116, Tugu, Cimanggis, Depok, Jawa Barat.

Kampus B: Jl. Raya Lenteng Agung No.20-21, RT.4/RW.1, Srengseng Sawah, Kec. Jagakarsa, Jakarta Selatan,

Hotline: 021-786-3191

Whatsapp: 0857.1624.3174

info@nurulfikri.ac.id

© 2024 Created with LOVE & by Cyber Nets

slot gacor slot bet 200 slot bet 200 slot bet 200 Slot gacor slot thailand Sinar123